Meskipun Bertengkar, Jangan Ucapkan 3 Hal Ini pada Pasangan Hidup Anda
Kehidupan suami istri
dalam sebuah keluarga bukanlah kehidupan surga yang hanya berisi
kenikmatan dan suka cita. Seromantis apapun suami istri, sesakinah
apapun keluarga, suatu saat pasti ada masalahnya. Kadang suami istri
berselisih dalam satu hal, atau ‘bertengkar’.
Perselisihan atau ‘pertengkaran’ yang
sesekali terjadi pada suami istri bukanlah hal yang fatal. Sepanjang
bisa mengendalikan diri dan mengontrol kata-kata. Nah, agar perselisihan
atau ‘pertengkaran’ tidak berkepanjangan, tidak membawa luka mendalam
serta tidak merusak hubungan cinta dan kasih sayang, suami istri perlu
menghindari tiga ucapan ini:
Ancaman
Suami istri harus menghindari kata-kata
yang bernada ancaman. Sebab ancaman hanya makin menyulut kemarahan
pasangan hidup kita dan masalah berkepanjangan. Kalaupun ancaman
meredakan masalah secara temporer, ia membekaskan kekhawatiran di jiwa
pasangan hidup kita.
Kata-kata seperti “Awas, kalau kamu
tidak berubah, aku akan pergi dari rumah ini” atau “Jika kamu mengulangi
hal itu lagi, aku akan mengusirmu dari rumah ini” harus dihindari.
Betapa banyaknya keluarga yang berantakan setelah suami mengeluarkan
ancaman semacam ini, kemudian istrinya menjawabnya dengan ancaman pula.
“Oke, kalau begitu aku akan pulang ke rumah orangtuaku.”
Yang lebih berbahaya, jika suami
mengancam dengan menggunakan kata “cerai.” Seperti kalimat: “Kalau
begini caranya, aku akan menceraikanmu.”
Rasulullah mengingatkan tentang kata-kata cerai ini.
ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَهَزْلُهُنَّ جِدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلاَقُ وَالرَّجْعَةُ
“Tiga perkara yang serius dan bercandanya sama-sama dianggap serius, yakni nikah, talak dan rujuk” (HR. Abu Daud)
Imam Nawawi menjelaskan, “Orang yang mentalak dalam keadaan ridha, marah, serius maupun bercanda, talaknya tetap jatuh”
Ungkapan kebencian
Meskipun sedang marah atau ‘bertengkar’
dengan pasangan, hindari kata-kata “Aku benci kamu.” Sebab, disadari
atau tidak, kata-kata ungkapan kebencian ini bisa sangat membekas di
hati pasangan hidup, khususnya ketika diucapkan oleh seorang suami
kepada istrinya. Sang istri akan merasa bahwa suaminya sudah tak lagi
mencintainya. Dan ini berbahaya bagi kehidupan pernikahannya.
Bahkan, bekas sayatan hati karena
ungkapan benci ini akan terus terbawa dalam benak istri meskipun
kemarahan sudah mereda, pertengkaran sudah selesai, dan permalasahan
sudah teratasi. Salah satu tandanya, ketika ada hal yang tak diinginkan
dari suami, istri teringat kembali akan kata-kata itu. Para suami perlu
menyadari bahwa wanita adalah makhluk perasa. Sensitif perasaannya.
“Selalu” dan “Tidak Pernah”
Kata-kata ini juga perlu dihindari.
“Selalu” dan “tidak pernah.” Misalnya ketika suami istri bertengkar
gara-gara anaknya yang masih SD terlambat sekolah. “Ini gara-gara kamu,
kamu selalu terlambat menyiapkan sarapan,” kata suami. Padahal, dalam
satu pekan atau satu bulan, baru kali itu sang istri terlambat
menyiapkan sarapan. Itu pun karena dirinya tidak enak badan.
Sedangkan penggunaan kata “tidak pernah”
umumnya lebih sering dipakai wanita. Ketika marah kepada suaminya, ia
mengatakan “Engkau tidak pernah membahagiakanku”, “Kau tidak pernah
memberiku nafkah yang layak” dan seterusnya.
Kata-kata “tidak pernah” ini merupakan
bentuk pengingkaran atas kebaikan pasangan hidup kita. Dan karena ini
banyak digunakan wanita, inilah yang menyebabkan kebanyakan penghuni
neraka adalah wanita. Sebagaimana sabda Rasulullah:
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Dan aku melihat neraka. Aku belum
pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari itu. Aku lihat
ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya,
“Mengapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada
beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab,
“(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan
(suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri
kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada
sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku
sama sekali tidak pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/keluargacinta.com]